Selasa, 30 Maret 2021

GAYA BAHASA (IDIOM PERIBAHASA DAN MAJAS)

 GAYA BAHASA (IDIOM PERIBAHASA DAN MAJAS)




        A.   Idiom

kelompok kata yang menyatakan maksud tertentu melalui bahasa kiasan/ konotasi.

tangan panjang = pencuri

besar kepala = sombong

naik daun = terkenal

tinta hitam = wartawan

 

B. Peribahasa

Peribahasa atau pepatah adalah kelompok kata atau kalimat utuh yang menyatakan maksud tertentu melalui bahasa kiasan/ konotasi.

Ada asap ada api

(Segala akibat pasti ada sebabnya)

Air beriak tanda tak dalam

(Orang yang banyak bicara, biasanya kurang berilmu)

 Bagai air di daun talas

(Orang yang tidak tetap pendiriannya / plin plan)

Bergantung pada akar lapuk

(Mengharapkan bantuan pada orang yang tak mungkin memberikan bantuan)


 C. Majas

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif atau berupa kiasan/ konotasi.

1. Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.

Contoh: Pensil itu menari –nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang begitu indah.

 

2.      Majas metafora adalah majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan.

Contoh: Lily adalah anak emas di keluarga besar Pak Badar.

 

3. Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.

Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang dibelah dua.

 

4.      Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan.

Contoh: Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.

 

5. Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.

Contoh: Ayah suka menghisap gudang garam.

 

6.      Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau eksplisit.

Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan anak ayam kehilangan induknya, selalu kebingungan.

 

7.      Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.

Contoh: Dalam bahtera rumah tangga, suami adalah nakhodanya.

 

8.  Sinekdok pars pro toto (part/ sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda.

Contoh: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang hidungnya.

 

9.      Sinekdok totem pro parte (total mewakili part/ sebagian) adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda atau situasi saja.

Contoh : Malaysia berhasil mengalahkan Thailand dalam pertandingan bola itu.

 

10.  Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Silvi adalah bunga desa yang banyak memiliki kelebihan.

 

11.  Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang dikatakan.

Contoh: Jika ada waktu, sudilah kiranya mampir ke gubuk kami.

 

12.  Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikan.

Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang ramai ini.

 

13.  Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan.

Contoh: Baik buruk semua ada balasan yang setimpal.

 

14.  Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat.

Contoh : Bersih sekali tempat ini, sampai –sampai bisa jadi sarang tikus.

 

15.  Majas sinisme menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar.

Contoh: Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana -mana.

 

16.  Majas sarkasme menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung seperti hujatan.

Contoh: Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna!

 

17.  Majas pleonasme menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.

 

18.  Majas repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.

Contoh : Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.

 

19.  Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang sesungguhnya tidak perlu dijawab.

Contoh : Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?

 

20.  Majas klimaks mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi.

Contoh : Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera.

 

21.  Majas antiklimaks berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan yang rendah.

Contoh : Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan yang layak.

 

22.  Majas paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan mengulang-ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan dilakukan di awal, maka disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada pada bagian akhir kalimat, maka disebut epifora.

Contoh :

Cinta itu sabar.

Cinta itu lemah lembut.

Cinta itu memaafkan.

Cinta itu tidak serakah.

 

23.  Majas tautologi menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi atau ujaran tertentu.

Contoh : Hidup akan terasa aman, damai, dan tenteram, apabila kita semua bisa saling menghormati.

Senin, 29 Maret 2021

KARYA SASTRA MELAYU KLASIK (HIKAYAT)

 

KARYA SASTRA MELAYU KLASIK (HIKAYAT)


A.        Pengertian

Sastra melayu klasik atau disebut juga dengan sastra melayu lama merupakan sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu, yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang hidup dan berkembang di daerah melayu.  Sastra melayu klasik tercipta dari suatu ajaran atau ucapan (lisan), yang bermula pada abad ke-16 Masehi. Sastra melayu klasik merupakan gambaran keadaan masyarakat lama yang masih berpola pikir sederhana dan masih sangat dikuasai oleh kepercayaan gaib dan kesaktian. Disebut sebagai sastra melayu klasik karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Pengertian lain sastra melayu klasik merupakan gambaran keadaan masyarakat lama, yang masih berpola pikir sederhana dan sangat dikuasai kepercayaan gaib dan kesaktian.

 

B.        Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik

Ciri-ciri sastra melayu klasik adalah sebagai berikut :

1)   Bahasa melayu lama, maksudnya adalah karya-karya sastra melayu klasik banyak menggunakan bahasa melayu lama.

2)       Anonim atau onomatope, maksudnya adalah nama pengarang dalam sastra melayu klasik tidak dicantumkan dalam karya sastra tersebut.

3)        Komunal, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik merupakan milik bersama.

4)  Tradisional, maksudnya adalah sastra melayu klasik mempertahankan adat kebudayaan setempat.

5)        Pralogis, maksudnya adalah cerita-cerita dalam sastra melayu klasik banyak diwarnai oleh hal-hal gaib dan tidak masuk akal.

6)        Kurang dinamis, maksudnya adalah perubahan dan perkembangan sastra melayu klasik sangat lamban.

7)  Simbolis, maksudnya adalah peristiwa-peristiwa dalam karya sastra melayu klasik banyak disajikan dalam bentuk lambang.

8) Didaktis, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik memberikan pendidikan kepada pembacanya, baik moral ataupun relijius.

9)   Imitatif, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik bersifat meniru (imitatif) yang diwariskan secara turun temurun.

10)    Istana sentris, maksudnya adalah peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra melayu klasik sebagian besar tentang kehidupan istana.

11)    Berkembang secara lisan, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik disebarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut.

12)    Universal, maksudnya adalah isi pesan dari karya sastra melayu klasik berlaku kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun.

 

C.        Jenis-jenis Karya Sastra Melayu Klasik

1)        Dongeng adalah suatu karya sastra prosa yang isinya hanya khayalan, hanya ada dalam fantasi pengarang. Dongeng dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a)   Fabel, adalah dongeng tentang kehidupan binatang. Cerita dalam fabel dimaksudkan untuk menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya.

b)    Legenda, adalah dongeng yang dikaitkan atau dihubungkan dengan keajaiban alam atau terjadinya suatu tempat, yang setangahnya mengandung unsur sejarah.

c)   Mite (Mythe) atau Mitos, adalah dongeng yang berhubungan hal-hal yang berkaitan dengan  kepercayaan animisme, misalnya berkaitan dengan cerita tentang dewa, makhluk halus, roh, jin, dan lain sebagainya.

d) Sage, adalah dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah.

e)    Farabel, adalah dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut hanya merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.

2)        Hikayat adalah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, dongeng, cerita, maupun sejarah. Hikayat pada umumnya mengisahkan tentang kehebatan seseorang lengkap dengan kesaktian, keanehan, serta mukjizat tokoh utamanya.

3)        Tambo adalah cerita sejarah yang merupakan cerita tentang kejadian atau asal usul keturunan raja.

4)        Wira carita adalah sebuah cerita yang tokok utamanya merupakan seorang ksatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.

5)        Matra adalah doa yang diucapkan oleh seorang dukun atau pawang dalam keadaan trance atau kerasukan. Mantra juga dapat berarti serangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, yang biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya.

6)   Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam satra melayu klasik yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah :

7)   Gurindam adalah satu bentuk puisi melayu klasik yang terdiri dari dua beris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.

8)        Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Kata syair berasal dari bahasa Arab, yaitu syu'ru yang artinya perasaan. Syair seringkali hanya mengutamakan isi. Ciri-ciri syair adalah :

9)        Karmina atau dikenal juga sebagai pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris.

10)  Seloka adalah satu bentuk puisi melayu klasik, yang berisikan pepatah atau perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Seloka biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang ditemui juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

11)    Pantun adalah sejenis puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).

12)  Talibun, adalah pantun yag terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separoh lainnya merupakan isi.

13) Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga dengan oktaf tidak beraturan.

14)    Soneta berasal dari bahasa Italia, yaitu "sonetto" yang merupakan adaptasi dari bahasa Latin "sono" yang berarti bunyi atau suara.

 

D.       Hakekat Hikayat

1.      Pengertian Hikayat

Pengertian hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang memiliki bentuk prosa yang didalamnya mengisahkan mengenai kehidupan dari keluarga istana, kaum bangsawan atau pun juga orang-orang ternama dengan segala kegagahan, kehebatan, kesaktian ataupun juga kepahlawanannya. Selain dari itu, dalam hikayat tersebut juga diceritakan mengenai kekuatan, mukjizat dan semua tentang keanehannya.

Hikayat tersebut berasal dari bahasa Arab, yakni “haka” yang memiliki arti “bercerita atau menceritakan”. Fungsi hikayat adalah sebagai pembangkit semangat, penghibur “pelipur lara”, atau juga hanya untuk meramaikan sebuah pesta.


2.      Ciri-Ciri dan Karakteristik Hikayat

a.    bahasa yang digunakan pada hikayat itu adalah bahasa Melayu lama

b. Istana sentries, Pusat ceritanya itu berada didalam lingkungan istana. Hikayat tersebut seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan ialah raja serta Pangeran (anak raja). Selain dari itu, latar tempat dalam cerita ini adalah negeri yang dipimpin oleh raja dalam suatu kerajaan.

 

c.    Pralogis (kemustahilan), banyak cerita yang terdapat pada hikayat tidak bisa untuk di terima oleh akal. kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa ataupun juga dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang tidak logis atau juga tidak bisa diterima nalar. Contoh Seperti  : bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang

d.    Statis, Dalam Hikayat ini memiliki sifat yang kaku dan juga tetap.

e.    Kesaktian dan kemustahilan, Seringkali kita dapat menemukan kesaktian dan kemustahilan pada para tokoh dalam hikayat.

f.     Anonim berarti tidak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan karena cerita yang disampaikan itu secara lisan. artinya tidak jelas siapa yang membuat/mengarang hikayat tersebut

g. Arkais, Menggunakan kata arkhais, Bahasa yang digunakan pada masa lampau. Jarang dipakai/tidak lazim digunakan dalam komunikasi pada masa kini.Contoh : hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan serta juga sebermula.

 

3.      Unsur Intrinsik Hikayat

a.    Tema, merupakan suatu gagasan yang mendasari sebuah cerita.

b.    Latar, adalah tempat, waktu, serta situasi/suasana yang tergambar dalam suatu cerita.

c.    Alur, merupakan sebuah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita.

d.    Tokoh, merupakan pemeran pada cerita.

e.    Penokohan merupakan penggambaran watak dari sang tokoh.

f.     Sudut pandang, merupakan pusat pengisahan darimana sebuah cerita dikisahkan oleh pencerita.

g.    Gaya, untuk gaya ini berhubungan dengan bagaimana cara penulis menyajikan sebuah cerita dengan menggunakan bahasa serta juga unsur-unsur keindahan lainnya.

h.    Amanat, merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang dengan melalui sebuah cerita.


4.      Unsur Ekstrinsik Hikayat

a. Latar belakang masyarakat adalah pangaruh kondisi latar belakang yang terdapat di masyarakat yang dapat mempengaruhi terbentuknya jalan cerita dalam cerpen. Pengaruh kondisi tersebut seperti kondisi politik, ideologi, sosial masyarakat, dan kondisi ekonomi masyarakat.

b. Latar belakang pengarang mencakup tentang pemahaman, faktor-faktor, atau motivasi pengarang untuk membuat sebuah cerpen. Latar belakang pengarang meliputi sebagai berikut.

1)   Riwayat Hidup Pengarang : Pada bagian ini berisikan tentang biografi pengarang secara menyeluruh. Faktor ini dapat mempengaruhi pengarang dalam mengarang cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dari pengarang itu sendiri.

2)   Kondisi Psikologis : Kondisi Psikologis pengarang meliputi mood dan motivasi , kondisi ini sangat mempengaruhi dengan apa yang akan ditulis dalam cerita. Contohnya seperti jika pengarang sedang dalam keaadaan sedih, dia akan membuat sebuah cerpen yang berceritakan sedih juga.

3)   Aliran Sastra : Aliran Sastra berpengaruh dalam gaya penulisan bahasa yang digunakan pengarang guna menceritakan sebuah cerita dalam cerpen.

c.    Nilai Nilai Yang Terkandung dalam Cerpen

Seperti halnya sebuah kisah tentunya cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil sebagai contoh, diantaranya sebagai berikut.

1)   Nilai agama berkaitan dengan pelajaran agama yang dapat dipetik dalam teks cerpen.

2)   Nilai Sosial berkaitan dengan pelajaran yang dapat dipetik dari interaksi sosial antara para tokoh dan lingkungan masyarakat dalam teks cerpen.

3)   Nilai moral berkaitan dengan nilai yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Dalam cerpen nilai moral bisa berupa nilai moral negatif (buruk) atau nilai moral positif (baik).

4)   Nilai budaya berkaitan erat dengan kebudayaan , kebiasaan, serta tradisi adat istiadat.

5)   Nilai Pendidikan berkaitan dengan hal positif yang dapat diteladani.

6)   Nilai estetika berkaitan dengan keindahan bahasa (majas).

7)   Nilai Politik berkaitan dengan kekuasaan.

 

 

Sumber :

https://pendidikan.co.id/

https://rumusrumus.com/

 

  CONTOH TEKS RAGAM BAHASA   1.       Teks 1 Pada kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan atas rahmat...