Jumat, 19 April 2019

CONTOH BIOGRAFI : BIOGRAFI K.H. ABDURRAHMAN WAHID


BIOGRAFI K.H. ABDURRAHMAN WAHID


Abdurrahman Wahid, atau yang lebih popular dengan sebutan Gus Dur, merupakan tokoh panutan yang sangat dihormati oleh banyak kalangan karena pengabdiannya kepada masyarakat, demokrasi, dan Islam toleran. Selain itu, beliau merupakan Presiden Indonesia ke-4. Beliau dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Beliau adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama K.H. Wahid Hasyim adalah menteri agama pada tahun 1949-1952. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Istrinya bernama Sinta Nuriyah. Hasil perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan Nayah Wulandari.
Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Pada usia belasan tahun beliau telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku. Di samping membaca, beliau juga hobi menulis, bermain bola, catur dan musik. Hasil dari hobi menulisnya, beliau berhasil menciptakan banyak buku, seperti Gus Dur Bertutur, 90 Menit Bersama Gus Dur, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Islamku Islam Anda Islam Kita, dan lain-lain.
Pendidikan dasar Gus Dur didapatkan Jakarta, yaitu di SD KRIS dan akhirnya pindah ke SD Matraman Perwari. Pada tahun 1953, Gus Dur kecil lulus dari pendidikan dasarnya dan melanjutkan pendidikan menengah di Yogyakarta. Beliau masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (1953-1957). Beliau juga menjadi santri di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta dengan menetap di rumah tokoh NU KH. Ali Ma’sum. Pada tahun 1957, beliau menyelesaikan jenjang SMP lalu pindah ke Magelang untuk belajar di pesantren Tegalrejo. Beliau mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat dan menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun yang seharusnya ditempuh selama empat tahun.
Pada 1959, Gus Dur pindah ke pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapat pekerjaan pertama sebagai guru sekaligus Kepala Madrasah. Pada 1963, Gus Dur mendapat beasiswa dari Deperteman Agama untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Namun Beliau tidak menyelesaikan pendidikan di sana  dikarenakan kekritisannya tentang sistem pendidikan di Mesir. Meski demikian, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Kemudian beliau belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, namun pada akhirnya Gus Dur dapat menyelesaikan pendidikan Di Universitas Baghdad pada tahun 1970. Selanjutnya Gus Dur pergi meneruskan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda lalu ke Jerman, dan Prancis.
Pada tahun 1971,Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yang terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan soaial demokrat. Pada Musyawarah Nasional tahun 1983, Gus Dur didaulat sebagai Ketua Umum NU, selama masa jabatan pertamanya Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas pesantren. Pada 20 Oktober 1999, MPR melaksaankan sidang dan memilih presiden paru, kemudian beliau terpilih menjadi Presiden Indonesia Ke- 4.
Gus Dur wafat pada hari Rabu,  30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta,  pukul 18.45 WIB pada usia 69 tahun. Beliau dimakamkan secara kenegaraan yang dipimpin langsung oleh Presiden RI di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng pada tanggal 31 Desember 2009. Pondok pesantren tempat Gus Dur dimakamkan menjadi maskot Kabupaten Jombang sebagai tempat ziarah yang memiliki daya tarik tidak tertandingi. Bahkan orang-orang yang selama ini berseberangan politik dengan beliau akan cenderung mengagungkan beliau bukan karena prestasi politiknya melainkan karena berkahnya yang diyakini mampu memberikan perlindungan dan rasa aman.
Selain itu, banyak juga Gus Dur juga banyak mendapatkan penghargaan semasa hidup. Pada 1993, beliau menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial. Kemudian beliau ditahbiskan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004. Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur juga mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Beliau juga mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena beliau dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas serta masih banyak sekali penghargaan yang beliau dapatkan.
Berdasarkan informasi-informasi di atas, sosok yang biasa kita kenal dengan sebutan Gus Dur ternyata memiliki perjalanan hidup yang menarik untuk simak. Selain itu, beliau memiliki banyak keunggulan yang dimiliki, seperti menulis banyak buku, mendapatkan banyak penghargaan, dan mampu sekolah sampai luar negeri. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa ini dapat mengambil hal positif dari kehidupan beliau serta dapat meneladaninya. Sehingga kita dapat meneruskan perjuangan beliau untuk memajukan bangsa ini.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  CONTOH TEKS RAGAM BAHASA   1.       Teks 1 Pada kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan atas rahmat...