GAYA BAHASA (IDIOM PERIBAHASA DAN MAJAS)
A. Idiom
kelompok
kata yang menyatakan maksud tertentu melalui bahasa kiasan/ konotasi.
tangan panjang = pencuri
besar kepala = sombong
naik daun = terkenal
tinta hitam = wartawan
Peribahasa
atau pepatah adalah kelompok kata atau kalimat utuh yang menyatakan maksud
tertentu melalui bahasa kiasan/ konotasi.
Ada asap
ada api
(Segala akibat pasti ada sebabnya)
Air beriak
tanda tak dalam
(Orang yang banyak bicara, biasanya kurang berilmu)
Bagai air di daun talas
(Orang yang tidak tetap pendiriannya / plin plan)
Bergantung
pada akar lapuk
(Mengharapkan bantuan pada orang yang tak mungkin
memberikan bantuan)
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif atau berupa kiasan/ konotasi.
1. Majas
personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan
fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.
Contoh: Pensil itu menari –nari di atas
kertas untuk menghasilkan gambar yang begitu indah.
2. Majas
metafora adalah majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan
pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan.
Contoh: Lily adalah anak emas di keluarga
besar Pak Badar.
3. Majas
asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua objek
berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak
beradik itu bak pinang dibelah dua.
4. Majas
hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan.
Contoh: Luluk girang setengah mati karena mendapat
lotre.
5. Majas
metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan merek
atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk merujuk benda yang sebenarnya
lebih umum.
Contoh: Ayah suka menghisap gudang garam.
6. Majas
Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata
hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile
ini tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan
kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan
secara lebih lugas atau eksplisit.
Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan
anak ayam kehilangan induknya, selalu kebingungan.
7. Majas
alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan
kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Contoh: Dalam bahtera
rumah tangga, suami adalah nakhodanya.
8. Sinekdok
pars pro toto (part/ sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda.
Contoh: Selama seminggu ini, Riyan belum juga
menampakkan batang hidungnya.
9. Sinekdok
totem pro parte (total mewakili part/ sebagian) adalah kebalikannya, yaitu
berupa gaya bahasa yang menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada
sebagian benda atau situasi saja.
Contoh : Malaysia berhasil mengalahkan Thailand
dalam pertandingan bola itu.
10. Majas
simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan sikap
makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Silvi adalah bunga desa yang banyak
memiliki kelebihan.
11. Majas
litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih
sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada
kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang dikatakan.
Contoh: Jika ada waktu, sudilah kiranya mampir ke gubuk
kami.
12. Majas
paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta
dengan situasi yang berkebalikan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang
ramai ini.
13. Majas
antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti
bertentangan.
Contoh: Baik buruk semua ada balasan yang
setimpal.
14. Majas ironi
adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada
dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan maksud
sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat.
Contoh : Bersih sekali tempat ini, sampai
–sampai bisa jadi sarang tikus.
15. Majas
sinisme menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada
hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus
sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar.
Contoh: Kotor sekali kamarmu sampai debu
debu bertebaran di mana -mana.
16. Majas sarkasme
menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung
seperti hujatan.
Contoh: Dia hanyalah sampah masyarakat yang
tak berguna!
17. Majas pleonasme
menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif,
namun hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa
menjelaskan pada teman sekelas.
18. Majas
repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.
Contoh : Dia adalah pelakunya, dia
si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
19. Majas
retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu dijawab.
Contoh : Kapan Aku pernah memintamu untuk
membohongiku?
20. Majas klimaks
mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi.
Contoh : Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua
seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera.
21. Majas
antiklimaks berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang menegaskan
sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan yang
rendah.
Contoh : Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok
seharusnya memiliki akses kesehatan yang layak.
22. Majas
paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan
mengulang-ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika
pengulangan dilakukan di awal, maka disebut sebagai anafora. Namun, jika kata
yang diulang ada pada bagian akhir kalimat, maka disebut epifora.
Contoh :
Cinta itu sabar.
Cinta itu lemah lembut.
Cinta itu memaafkan.
Cinta itu tidak serakah.
23. Majas tautologi
menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi atau
ujaran tertentu.
Contoh : Hidup akan terasa aman, damai, dan tenteram,
apabila kita semua bisa saling menghormati.