Selasa, 23 Maret 2021

Resensi Novel Layar Terkembang “Wanita Perlu Berjuang”

 

Resensi Novel Layar Terkembang “Wanita Perlu Berjuang”



Judul buku       : Layar Terkembang

Pengarang       : Sutan Takdir Alisjahbana

Desain buku    : Tim Desain Puri Margasar

Penerbit          : Balai Pustaka

Kota Terbit      : Jakarta

Tahun Terbit   : Cetakan Pertama - 1936

  Cetakan ketiga puluh Sembilan - 2009

ISBN                 : 979-407-065-3

Halaman         : 200 Halaman

Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada umur 86 tahun), merupakan tokoh pembaharu, sastrawan, dan ahli tata Bahasa Indonesia. Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu (1915-1921), STA melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool, Bukittinggi yang kemudian meneruskan ke Hogere Kweekschool di Bandung (1921-1925), menjalani pendidikan dan menerima pendidikan di Fakultas Sastra di Rechtschogeschool di Jakarta (1937-1942), dan memperoleh gelar Dr. Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia (1979) dan untuk Ilmu Sastra dari Universitas Sains Malaysia, Penang, Malaysia (1987).

Kisah bermulai dari sosok kakak beradik yang berpengarai berbeda, Tuti dan Maria. Tuti seorang kakak yang selalu serius dan aktif dalam berbagai kegiatan wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasiorasi tentang persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora sehingga mereka mulai menuntut persamaan dengan kaum pria. Sedangkan Maria adalah adik yang lincah dan periang sehingga semua orang yang berada di dekatnya pasti akan menyenangi kehadirannya. Di tengah-tengah dua dara jelita ini, muncullah Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran, yang pada masa itu lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Tabib Tinggi. Sejak pertemuannya yang pertama di gedung akuarium Pasar Ikan, antara Maria dan Yusuf timbul kontak batin sehingga mereka menjadi sepasang kekasih.

Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima surat cinta dari Supomo, seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.. Namun, karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia menolak cintanya. Sejak itu hari-harinya semakin disibukkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku sehingga ia sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.

Setelah melalui tahap-tahap perkenalan, pertemuan dengan keluarga, dan kunjungan oleh Yusuf, diadakanlah ikatan pertunangan antara Maria dan Yusuf. Tetapi sayang, ketika menjelang hari pernikahan, Maria jatuh sakit. Penyakitnya parah, malaria dan TBC, sehingga harus dirawat di Sanatorium Pacet. Tidak lama kemudian, Maria menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebelum ajal datang, Maria berpesan agar Tuti, kakaknya bersedia menerima Yusuf. Tuti tidak menolak dan dimulailah pertunangan antara Tuti  dan Yusuf. Akhirnya tak lama kemudian keduanya menikah dan hidup selamanya.

Tema dalam novel ini ada tentang Perjuangan wanita. Latar atau setting yang digambarkan pengarang adalah di masa di mana budaya ketimuran dan budaya belanda masih kental sekali, seperti berada di gedung akuarium di pasar ikan, rumah wiriatmaja, martapura, kalimantan selatan, rumah sakit pacet, rumah partadiharja, gedung permufakatan. Alur Yang Digunakan Pengarang Berupa Alur Maju, Sedangkan Sudut Pandangnya Berupa Orang Ketiga.

Selanjutnya untuk tokoh adalah Tuti seorang yang berwibawa, pandai, berpendirian teguh, tegas, teliti, berpikir rasional. Sedangkan adik Tuti, Maria berwatak mudah kagum, ekspresif, tegar, berpendirian, ulet, ramah. Seorang pemuda tampan bernama Yusuf merupakan seorang yang ramah, baik, pandai, peduli, berjiwa nasionalis.Ayah Tuti dan Maria Raden Wiriatmaja, berwatak baik, pengertian, bijaksana. Paman Tuti dan Maria bernama Parta Diharja. Ia mempunyai watak ramah, bijaksana. Sedangkan Supomo berwatak baik hati, berbudi luhur. Secara tersirat maupun tersurat amanat yang disampaikan dalam novel ini adalah untuk menyelesaikan suatu masalah harus diselesaikan dengan musyawarah dan jangan memaksakan kehendak.

Kelebihan dari buku ini adalah secara keseluruhan isi cerita ini sangatlah bagus. Alur yang ditulis mulai dari pengenalan, klimaks, antiklimaks, hingga penyelesaian yang sangat dramatis. Novel ini bisa membawa para pembaca seolah-olah menjadi pembaca dalam sebuah drama percintaan yang mengharukan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap insan pasti akan mempunyai pasangan hidup jika Sang Penguasa telah menakdirkannya yang mana ia akan menjadi pendamping hidup kita dikala kita suka maupun duka.

Selanjutnya dari segi bahasanya, bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan isi adalah bahasa Melayu. Latar cerita dalam novel ini sangat menarik di masa dimana budaya ketimuran dan budaya belanda masih kental sekali yang digambarkan secara detail, Secara tersirat maupun tersurat amanat yang disampaikan dalam novel ini sangat bagus yaitu mengajarkan kita untuk menyelesaikan suatu masalah harus dengan musyawarah dan jangan memaksakan kehendak.

Berikutnya dari segi etika, novel ini banyak berisi nilai etika atau moral yang sangat mendidik bagi para kaula muda pada saat sekarang ini. Selain itu juga memiliki nilai-nilai sosial dalam kehidupan serta prinsip hidup yang mesti berpikir matang sebelum bertindak dan tidak mudah terbawa arus oleh situasi di sekitar kita. Novel ini juga disertai gambar yang menarik yang membuat kita tidak bosan untuk membacanya.

Kekurangan dari buku ini menurut saya hanya terletak pada cover dan pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah ini. Covernya tidak begitu menarik, warnanya yang tidak bervariasi dan bahasanya sangat tinggi dan cukup memusingkan pembaca. Selain itu, Buku ini juga tidak disertai dengan daftar isi sehingga menyulitkan kita untuk mencari sesuatu yang ingin kita cari. Tatanan bahasa yang dipakai adalah Melayu sehingga kurang bisa dipahami para pembaca. Tatanan kalimatnya tidak efektif sehingga muncul berbagai kalimat ambigu yang menimbulkan salah pengertian pembacanya. Pemakaian bahasa yang tidak komunikatif dalam dialog antar tokoh, kurang menggugah para pembaca untuk melanjutkan ceritanya hingga akhir.

Harapan dari buku ini agar kata-katanya bisa direvisi ulang menurut tatanan bahasa yang sesuai dengan EYD terbaru saat ini. Sehingga menarik minat para pembaca khususnya para remaja dengan isi novel Layar Terkembang. Selain itu secara tidak langsung dapat meningkatkan minat para generasi muda terhadap kesusastraan lama Indonesia yang menjadi perintis sastra modern Indonesia sekarang. Setelah membaca buku saya mendapatkan banyak pengetahuan baru. Buku ini memberikan banyak inspirasi dan membuka mata kita, khususnya saya sendiri tentang kegigihan dalam berjuang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

 

Sumber :

https://www.bindoline.com/resensi-novel-fiksi-3/

http://ribkacarebella.blogspot.com/2014/02/resensi-novel-layar-terkembang.html

http://perpustakaansmpn1mendoyo.weebly.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  CONTOH TEKS RAGAM BAHASA   1.       Teks 1 Pada kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan atas rahmat...